Recent Tube

Breaking

Tuesday, July 5, 2016

KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI DALAM ASUHAN KEFARMASIAN



Kuliah Profesi Budi Raharjo**

            Praktek layanan kefarmasian, dalam kurun waktu setengah abad, telah mengalami pergeseran orientasi yang sangat signifikan. Bila di tahun 1960-an Apoteker berorientasi kepada layanan dispensing produk farmasi, dewasa ini Apoteker menitikberatkan layanannya pada Asuhan kepada Pasien pengguna produk farmasi. Untuk mengakomodasi perubahan orientasi layanan kefarmasian tersebut, maka pada tahun 2000, WHO dan FIP mulai memperkenalkan konsep The Eight-Star Pharmacist sebagai policy statement dalam Good Pharmacy Education Practice, yaitu: caregiver, decision-maker, communicator, manager, life-long learner, teacher, leader dan researcher.
            Pergeseran orientasi layanan kefarmasian tidak terkecuali melanda negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Untuk menghadapi perubah-an tersebut, Apoteker di Indonesia harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta saling berbagi wawasan dan pengalaman tentang aplikasi asuhan farmasi di berbagai tempat di Indonesia, seperti tujuan pertemuan kali ini.

KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI

            Komunikasiadalah proses penyampaian pesan/ide/gagasandua arah dari sumber ke penerima pesan sehingga terjadi suatu kesamaan makna tentang pesan yang disampaikan antara sumber dan penerima pesan. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui oleh orang lain atau masyarakat. Edukasi adalah proses pembelajaran secara bertahap agar terjadi perubahan perilaku ke arah yang positif. KIE dalam kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kepedulian dan mengubah sikap untuk menghasilkan suatu sebuah perubahan perilaku yang spesifik. KIE berarti berbagi informasi dan ide melalui cara-cara yang dapat diterima oleh komunitas, dan menggunakan saluran, metode maupun pesan yang tepat. KIE harus melibatkan partisipasi aktif dan menggu-nakan metode maupun teknik yang familiar.
Terdapat dua tipe utama komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Komunikasi interpersonal,sering disebut komunikasi tatap muka, merupakan salah satu metode komunikasi yang paling efektif, dapat dilakukan antara dua orang, atau seseorang dengan kelompok kecil untuk bertukar informasi, mengembangkan dialog dan membantu membuat keputusan sendiri. Media komunikasi interpersonal antara dua orang, yaitu Home Visite, Konseling, Negosiasi, Motivasi dan Persuasi. Sedangkan media komunikasi interpersonal dalam kelompok, yaitu Field Visite, Role Play, Demonstrasi, Focus
-----------------------------------
*     Disampaikan dalam acara Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker (SKPA)Ikatan Apoteker Indonesia Daerah Jawa Tengah tanggal 11-12 September 2014
**    Apoteker Spesialis Farmasi Rumah Sakit, Staf Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, Jawa Tengah.
Group Discussion. Komunikasi massa,biasanya melibatkan audiens yang lebih besar dan menggunakan media massa untuk menjangkau jumlah massa yang banyak dalam satu kesempatan. Media komunikasi massa antara lain Media Elektronik (televisi, radio, video, dll), Media Cetak (booklet, surat kabar, majalah, dll), Media Tradisional (wayang, tari, lagu).

KONSELING FARMASI

Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non concor-dance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling farmasi. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula.
PEDOMAN TEKNIS KONSELING FARMASI
1.  Menciptakan lingkungan konseling yang lebih privasi
2.  Diskusi Pembukaan:
a.  Memperkenalkan diri
b.  Menerangkan tujuan konseling
3.  Verifikasi pengetahuan Pasien tentang penggunaan obat dengan Open Ended Question
a.  Ajukan Three Prime Question (3 Pertanyaan Utama)
b.  Isilah Gap Pengetahuan dengan informasi yang dibutuhkan
4.  Mengakhiri Diskusi à Verifikasi Akhir:
a.  Patient Playback
b.  Verify Patient understanding and accuracy
5.  Untuk pasien kronis dapat digunakan teknik Show and Tell. Pertanyaan merupakan kombinasi antara 3 Pertanyaan Utama + Verifikasi akhir à Modifikasi 3 Pertanyaan Utama
6.  Untuk Pasien yang tidak patuh digunakan Teknik Demonstrasi
 

















Boks 1. Pedoman Teknis Konseling Farmasi
Konseling Farmasi (Boks 1. Pedoman Teknis Konseling Farmasi) adalah kegiatan aktif apoteker dalam memberikan penjelasan kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan proses pengobatan. Sedangkan Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang indepen-den, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan.
3 (TIGA) PERTANYAAN UTAMA
1.  What did the doctor tell you the medication was for ?
2.  How did the doctor tell you to take the medication ?
3.  What did the doctor tell you to expect ?
 







Boks 2. 3 (Tiga) Pertanyaan Utama
Konseling farmasi sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat. Boks 1 merupakan pedoman teknis konseling farmasi. Apoteker baik di rumah sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan lainnya berkewajiban menjamin bahwa pasien mengerti dan memahami serta patuh dalam penggunaan obat sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

MODIFIKASI
3 (TIGA) PERTANYAAN UTAMA
Untuk teknis “Show and Tell”
1.  What do you take this medication for ?
2.  How do you take it ?
3.  What kind of problem are you having ?
 







Boks 3. Modifikasi 3 (Tiga) Pertanyaan Utama
Boks 2 dan boks 3 adalah 3 pertanyaan utama dan modifikasi 3 pertanyaan utama yang harus diajukan ketika sedang melakukan konseling. Modifikasi pertanyaan perlu dilakukan, terutama bila menggunakan teknik Show and Tell.

EDUKASI PASIEN DM & MASYARAKAT TENTANG DM

Di Amerika terdapat suatu program nasional edukasi diabetes atau dikenal dengan NDEP (The National Diabetes Education Program). Program ini terseleng-gara oleh kerjasama dari beberapa badan nasional yang bergerak di bidang kesehatan, seperti NIDDK (The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease), NIH (The National Institute of Health) dan CDC (The Centers for Disease and Prevention). Tujuan NDEP adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diabetes dan komplikasinya melalui upaya edukasi yang meningkatkan kewaspadaan terhadap keseriusan penyakit dan nilai dari manajemen dan kegiatan preventif. Terdapat 6 Program yaitu:

1.    Identifikasi terhadap orang dengan DM tak terdiagnosis
2.    Manajemen Pra-Diabetes untuk mencegah atau menghambat onset DM tipe 2 dan komplikasinya
3.    Menyediakan Edukasi Berkelanjutan tentang Self-Management dan Support untuk Pasien Diabetes
4.    Menyediakan Pusat Layanan Pasien Diabetes Komprehensive untuk mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi DM atau merawat komplikasi yang sudah terjadi
5.    Pertimbangan pada pasien DM populasi khusus: Anak-anak, Wanita hamil dan menyusui, Lanjut usia dan Ras atau etnik dengan resiko tinggi
6.    Menyediakan monitoring efektivitas terapi dan deteksi dini komplikasi DM
Program tersebut diatas dijalankan secara rutin dan multidisipliner oleh seluruh fasilitas kesehatan (apotek, klinik, rumah sakit) milik pemerintah maupun swasta secara sukarela.

Tabel 1.  Pengetahuan yang harus dipahami oleh diabetisi serta peran Apoteker

Pengetahuan Diabetisi
Edukasi dan Intervensi Apoteker
Penyakit DM
-          Diagnosis DM
-          Etiologi
-          Pengelolaan
*     Membantu dokter menjelaskan definisi penyakit DM
*     Membantu pasien mengenali gejala hiperglikemia
*     Mengedukasi pasien untuk menerima kondisi DM
*     Merangkul pasien untuk bersama-sama mengelola DM
Komplikasi Penyakit DM
-          Komplikasi Akut
-          Komplikasi Kronis
*     Membantu perawat dalam mengedukasi pasien tentang komplikasi akut dan kronis dari penyakit DM
*     Membantu pasien mengenali gejala terjadinya kompli-kasi akut dan kronis dari penyakit DM
*     Mengedukasi pasien dalam mencegah dan mengelola komplikasi akut dan kronis dari penyakit DM
Terapi DM
-          Non Farmakologis
-          Farmakologis
*     Mengedukasi pasien tentang penatalaksanaan/terapi DM baik :
o Terapi Non Farmakologis: Diet DM, Olah Raga yang teratur
o Terapi Farmakologis: Obat Antidiabetis Oral, Insulin
*     Mengedukasi pasien dan keluarganya tentang problem terapi Non Farmakologi
*     Mengedukasi pasien dan keluarganya tentang problem terapi Farmakologi: Efek samping, Interaksi Obat, dll
Modifikasi Gaya Hidup
-          Obesitas
-          Stress
-          Merokok,
-          Minum alcohol, dll
*     Mengedukasi dan membantu pasien untuk dapat memodifikasi gaya hidup menjadi lebih baik dan mendukung terkontrolnya kadar gula dalam darah serta lebih jauh lagi dapat mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronis dari penyakit DM

Peran Apoteker dalam EdukasiPenderita DM

Target utama dari manajemen asuhan terhadap diabetisi (pasien penderita DM), sesuai kesepakatan dalam St. Vincent Declarationantara WHO Seksi Eropa dengan International Diabetes Federation, adalah: Memperbaiki durasi dan kualitas hidup diabetisi; Mendorong agar diabetisi bertanggungjawab terhadap penyakit DM yang dideritanya; dan Menciptakan kemandirian diabetisi dalam mengelola penyakit DM yang dideritanya. Untuk mencapai target tersebut tentu saja dibutuhkan kerjasama tim yang baik antara profesi Dokter, Apoteker, Perawat, Nutrisionis, serta professional pemberi layanan kesehatan lainnya.
Sebagai anggota tim, Apoteker memiliki peran strategis dalam pencapaian target manajemen asuhan terhadap diabetisi terutama dalam membimbing pasien mengelola terapi farmakologis dan non farmakologis dari penderita DM. Apoteker dapat pula berperan dalam membantu dan mengisi kekosongan peran dari anggota tim kesehatan yang lain untuk mengedukasi pasien dan keluarganya dalam pengelolaan penyakit DM (ringkasan peran Apoteker dalam tabel 1). Untuk dapat memberikan layanan seperti tersebut di atas, Apoteker harus membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan serta ketrampilan yang memadai dalam memberi asuhan farmasi kepada penderita diabetes mellitus.

PENUTUP

Apoteker memiliki peran yang sangat besar dalam mengedukasi pasien DM mengelola penyakitnya dengan baik sehingga kualitas hidup pasienmeningkat. 

BAHAN BACAAN

1.    Widenmayer K, Summers RS, Mackie CA, et al. 2006. Developing Pharmacy Practice: A Focus on Patient Care. Departement of Medicines Policy and Standards, Geneva, Switzerland; In Collaboration with : Inter-national Pharmaceutical Federation, Hague, Netherlands
2.    Hepler CD, Strand LM. 1990.Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care. American Journal of Hospital Pharmacy 47: 533-34.
3.    Cipole RJ, Strand LM & Morley PC. 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York: McGraw-Hill Health Professions Division
4.    Budi Raharjo. 2007. Penerapan Asuhan Kefarmasian di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Disampaikan dalam: Seminar Nasional Implementasi Pelayanan Kefarmasian dalam Tatanan Klinik dan Update Farmakoterapi di Hotel Hyatt Surabaya, tanggal 16-17 Januari 2007.
5.    Patel A. 2003. Diabetes in Focus. Second Edition. London: Pharmaceutical Press.
6.    Abdul Muchid, Ernawati Sinaga, Bambang Triwara, dkk. 2006. Pharma-ceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Departemen Kesehatan RI.
7.    Abdul Muchid, Rida Wurjanti, Founy Meutia, dkk. 2006.Pedoman Konseling Pelayanan Kefrmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Departemen Kesehatan RI
8.    NDEP. 2009. Guiding Principle for Diabetes Care: for Health Care Professional.


No comments:

Post a Comment

728