Penyakit Limfoma Non-Hodgkin adalah kelompok keganasan primer limfosit yang berasal dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer ) yang berada dalam sistem limfe, yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis maupun prognosis. Limfoma Non-Hodgkin merupakan kumpulan penyakit keganasan heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid, 80% berasal dari sel B dan yang lain dari sel T. Pada Penyakit Limfoma Non-Hodgkin sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel Limfoma Non-Hodgkin berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien Limfoma Non-Hodgkin sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.
Pada kasus yang kami dapatkan, Ibu YK usia 53 th, TB 158 cm, BB 46 kg, setahun yang lalu didiagnosis menderita penyakit kanker limfoma non hodgkin karena ditemukan limphadenopathy, splenomegaly, nyeri punggung dan punya riwayat demam berkepanjangan. Oleh dokter diberikan terapi CHOP (siklofospamid, doxorubicin, vinkristin dan prednison ) dengan 6 siklus. Sampai sekarang baru mencapai siklus yang ketiga.
Pada pengobatan, dokter meresepkan CHOP yang isinya siklofospamid, doxorubicin, vinkristin dan prednison. Siklofospamid, doxorubicin, vinkristin digunakan untuk terapi kanker sedangkan prednison digunakan untuk mengatasi efek samping dari penggunaan kemoterapi yaitu mual dan muntah.
Dalam terapi ini juga perlu belum ada antibodimonoklonalnya sehingga dalam terapi diberikan rituximab. Rituximab disini sebagai first line terapi untuk pasien limfoma non hodgkin. Karena rituximab berfungsi sebagai antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal berfungsi sebagai imunoterapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan efektivitas kerja kemoterapi karena rituximab bekerja secara selektif membunuh sel kanker.
Monitoring objective untuk obat kemoterapi terutama pada siklofospamid adalah efek samping yang dihasilkan yaitu pendarahan pada saluran kemih. Oleh karena itu, penggunaan siklofospamid sebaiknya digunakan pada waktu pagi atau siang hari. Jika siklofospamid diberikan pada malam hari, dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal. Efek samping lain yang ditimbulkan adalah kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan diare. Oleh karena itu, perlu diberikan obat anti mual muntah kepada pasien. Obat anti mual muntah yang digunakan adalah prednison. Pada kemoterpai pertama dan kedua efek samping mual muntah belum teratasi dengan baik, oleh karena itu perlu dikombinasikan dengan kombinasi antara aprepitant dengan dosis 125 mg, ondansetron 24 mg dan dexametason 12 mg secara P.O. Terapi non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien adalah diet tinggi sayur dan buah, patuh dalam minum obat, istirahat cukup, pemeriksaan secara rutin, pola hidup sehat dan olah raga ringan.
TERAPI OBAT/FARMAKOLIGI
- Rituximab ditambah kemoterapi CHOP (siklofospamid, doxorubicin, vinkristin dan prednison) merupakan first line terapi untuk pasien Non Hodgkin Lymphoma karena rituximab sebagai antibodi monoklonal yang dapat menekan timbulnya infeksi, juga dapat membunuh sel kanker secara selektif dan dosis awal yang digunakan yaitu 375 mg/m2 secara intravena.
- Mual muntah setelah kemoterapi yang belum teratasi dengan baik karena sudah masuk stage moderat maka dipilih kombinasi obat emetik yaitu ondansetron 24 mg dan dexametason 12 mg secara peroral.
Pertanyaan seputar limphoma non hodgkin
- Apakah fungsi dari penambahan antibodi monoklonal?Jawaban : fungsi penambahan dari antibodi monoklonal yaitu sebagai imunoterapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan efektivitas kerja kemoterapi karena rituximab bekerja secara selektif membunuh sel kanker.
- Mengapa menggunakan obat emetik aprepitant? Sedangkan di indonesia tidak ada!Jawaban : kemoterapi CHOP menyebabkan mual muntah pada stage moderat sehingga perlu diatasi dengan obat emetik pada stage high yaitu aprepitant, ondansetron, dan dexamethasone. Apabila aprepitant tidak ada maka menggunakan ondansetron dan dexamethasone dengan dosis dilebihkan.
- Apakah ada pengaruh dari kanker limfoma terhadap hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin yang rendah dan AST yang tinggi?Jawaban : kemungkinan ada karena dengan adanya kanker limfoma maka produksi hemoglobin menjadi rendah sedangkan AST yang tinggi dikarenakan faktor lain, bukan dari kanker.
- Dengan cara apakah untuk mendiagnosa kanker limfoma Non Hodgkin dan cara mengetahui stage-stagenya?Jawaban : Biopsi kelenjar getah bening yang terkena kanker merupakan proses diagnosa yang penting untuk mendeteksi Limfoma Non-Hodgkin. Terdapat 4 stadium yang meliputi:
- Stadium I: Terdapat satu kelompok kelenjar getah bening yang terinfeksi pada salah satu sisi diafragma
- Stadium II: Terdapat dua kelompok atau lebih dari kelenjar getah bening yang terinfeksi namun masih berada pada satu sisi diafragma.
- Stadium III: Paling sedikit 2 kelompok jaringan kelenjar getah bening terinfeksi dan terletak pada kedua sisi diafragma
- Stadium IV: Bila penyakit/kankernya mempengaruhi organ tubuh lainnya (misal sumsum tulang, hati, dsb)
6. Pemeriksaan apa yang menunjukkan keberhasilan terapi beserta monitoringnya?Jawaban : pemeriksaan yang menunjukkan keberhasilan terapi yaitu kadar serum T3 dan serum TSH yang normal, dan perlu dimonitoring kadar jumlah sel darah merah, hemoglobin dan kolesterol yang tidak normal.
7. Bagaimana penanganan untuk kanker limfoma ekstranodal yang mudah menyebar?Jawaban : penanganannya dengan menggunakan rituximab (antibodi monoklonal) yang berfungsi meminimalkan terjadinya infeksi karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta membunuh sel kanker dengan selektif.
8. Apakah perbedaan kanker limfoma hodgkin dan non-hodgkin?
Jawaban:
7. Bagaimana penanganan untuk kanker limfoma ekstranodal yang mudah menyebar?Jawaban : penanganannya dengan menggunakan rituximab (antibodi monoklonal) yang berfungsi meminimalkan terjadinya infeksi karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta membunuh sel kanker dengan selektif.
8. Apakah perbedaan kanker limfoma hodgkin dan non-hodgkin?
Jawaban:
No comments:
Post a Comment