Recent Tube

Breaking

Friday, July 24, 2015

LAPORAN KIMIA FISIK KOEFISIEN PARTISI


KOEFISIEN PARTISI
A.    Tujuan
Mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air.
B.     Dasar Teori
Koefisien partisi lipida air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipoid dan fase air setelah tercapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat-obat dala bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbsi, ekstraksi, dan kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partisi.
Kecepatan absorbsi obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida akan sangat sukar dilakukan absorbsi. Obat-obat yang mudah larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam  lipida akan memiliki koefisien partisi yang kecil.
Pada umumnya obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat-obat itu dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan (unionized) lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorbsi obat-obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah sanagt besar.
Untuk menghitung fraksi obat-obat yang tidak terionkan dapat digunakan persamaan Handerson-Hasselbach, yaitu :
a.       Untuk asam lemah
(H+) = Ka

(H+) = Ka = Ka

pH = pKa - log

pH = pKa + log

b.      Untuk basa lemah
pH = pKa + log
           



Ada dua macam koefisien partisi
1.      Koefisien partisi sejati atau TPC (True Partition Coefficient)
2.      Koefisien partisi semu atau APC (Apparent Partition Coefficient)

Koefisien partisi atau TPC (True Partition Coefficient)
            Untuk koefisien partisi ini pada percobaan harus memenuhi syarat kondisi sebagai berikut:
1.      Antara kedua pelarut benar-benar tidak dapat campur satu sama lain.
2.      Bahan obatnya (solute) tidak mengalami asosiasi atau disosiasi
3.      Kadar obat relatif kecil (< 0,01 M)
4.      Kelarutan solute pada masingmasing pelarut kecil.
Jika semua pernyataan tersebut dipenuhi maka berlaku persamaan:
TPC =
Dengan
C1 = kadar obat dalam fase lipoid
C2 = kadar obat dalamfase air

Koefisien partisi semu atau APC (Apparent Partition Coefficient)
Apabila persyaratan TPC tidak dapat dipenuhi, maka hasilnya adalah koefisien partisi semu. Dalam biofarmasetika dan pada berbagai tujuan yang lain, umumnya memiliki kondisi non ideal dan tidak disertai koreksinya, sehingga hasilnya adalah koefisien partisi semu. Biasanya sebagai fase lipoid adalah oktanol, kloroform, sikloheksan, isopropil miristat, dan lain-lain. Fase air yang biasanya digunakan adalah larutan dapar. Pada keadaan ini berlaku persamaan :
APC =  
Dengan :
2 = kadar obat dalam fase air mula-mula
C’2 = kadar obat dalamfase air setelah mencapai kesetimbangan
a   = volume fase air
b   = volume fase lipoid
Suhu yang digunakan : 30°C dan 37°C

(Anonim, 2012)
Narkosis akan terjadi kereaktifan pada termodinamika,sekarang kita dapat melihat walaupun koefisien distribusi berbeda,kereaktifan termodinamika senyawa semuanya kira-kira sama,ditulis:
K=>
Bila sistem berada dalam kesetimbangan dengan senyawa terdistribusi antara 2fase ,kereaktifan dalam fase-fase adalah sama atau ao=aw
Ko=
Dapat dimisalkan bahwa larutan organik kira-kira ideal,sehingga adalah 1,kemudian(ii) menjadi k~jw atau koefisien partisi sama dengan koefisien keaktifan dari senyawa alam dari persamaan dalam bentuk koefisien partisi,kereakKetika suatu senyawa/zat terlarut ditambahkan kedalam campuran pelarut yang saling tidak bercampur, zat terlarut tersebut mendistribusikan dirinya sendiri fan termodinamika untuk narkotik diperoleh;
(xkoefisien partisi=an,ar
                                                                                         (Martin,dkk,1990)
kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masing-masing fase. Senyawa polar (gula, asam amino/obat-obatan terion) akan cenderung menyukai fase berair/fase polar, sedangkan senyawa-senyawa non polar (obat yang tidak terion) akan menyukai fase organic/fase non polar. Senyawa yang ditambahkan mendistribusikan dirinya sendiri diantara kedua pelarut yang tidak bercampur berdasarkan hukum partisi, yang menyatakan bahwa “senyawa tertentu pada suhu tertentu akan memisahkan dirinya sendiri di antara dua pelarut yang saling tidak bercampur pada perbandingan konsentrasi yang tetap.  Perbandingan yang tetap ini dikenal dengan koefisien partisi senyawa tersebut dan dapat dinyatakan secara sistematis sebagai berikut:
            P=
P adalah koefisien partisi senyawa; [organik] adalah konsentrasi senyawa dalam fase organic/fase minyak; dan [berair] adalah konsentrasi senyawa dalam fase air.
Koefisien partisi tampak tergantung pada proporsi senyawa yang terdapat di dalam larutan yang selanjutnya bergantung pada pH larutan.
            Papp= P x ftidak terion
ftidak terion= fraksi jumlah total obat yang tidak terion pada pH tersebut. Ini berarti jika fterion= 1, Papp= Ptrue dan senyawa tidak terion.
(Cairns, 2003)
Pengaruh pH terhadap partisi
Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang mudah mengalami ionisasi. Oleh sebab itu, koefisien partisi obat-obat ini pada pH tertentu sulit diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari satu gugus yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, seringkali salah satu gugus dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada mengalami gugus yang lain pada pH tertentu. Persamaan Henderson-Hasselbalch dapat diturunkan untuk mengvariasi koefisien partisi asam-asam/basa-basa organic dalam pelarut organic pada pH larutan yang asam-asam/basa-basa dilarutkan di dalamnya.
Dari persamaan Henderson-Hasselbalch:
Untuk asam                                                     untuk basa
Papp=             P                                              Papp=             P                    
                1+10 pH-pKa                                                   1+10 pKa-pH
(Gandjar, 2007)
C.    Alat dan Bahan
Alat :
1.      Alat gelas
2.      Neraca analitik
3.      Tabung
4.      Shaking Termostatic waterbath
5.      Spektrofotometer UV/Vis

Bahan :
1.      Asam lemah dan garamnya
2.      Air bebas CO2
3.      Asam salisilat
4.      FeNO3
5.      Aquadest

fulltext pembahasan sampai pustaka bisa download disini

No comments:

Post a Comment

728