Ilmu Farmasi : Laporan, makalah, teori dasar, prosedur, hasil,
pembahasan, praktikum kombinasi antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin, dan Kloramfenikol
I. Tujuan
· Mendapatkan gambaran tentang efek yang terjadi bila dua antibiotika dikombinasikan secara in vitro.
· Menentukan efek kombinasi yang terjadi dengan menggunakan metode “pita”
II. Teori dasar
Akibat-akibat yang disebabkan oleh kombinasi antibiotika dapat merupakan suatu modifikasi efek garmakologi antara lain meliputi sinergis, antagonis, aditif atau efek baru yang tidak terjadi pada pemberian
masing-masing. Kemungkinan kombinasi antibiotika dapat berupa kombinasi yang diperbolehkan atau kombinsi yang tidak dianjurkan. Percobaan yang dilakukan tidak menggunakan difusi agar atau pengenceran agar. Untuk menguji atau untuk mengetahui efek kombinasi antibakteri dengan menggunakan kedua metode tersebut harus dilakukan pada KHM yang tepat. KHM belum bisa ditentukan dari praktikum periode I. Untuk menentukan KHM yang tepat, maka harus dilakukan pengujian lagi dengan interval konsentrasi yang lebih kecil. Dengan demikian dalam praktikum ini pengamatan kombinasi antibiotika tidak bisa dengan menggunakan metode difusi agar atau pengenceran agar. Sehubungan dengan itu, maka dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode “ pita kertas “.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib" obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatifatau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya:
· Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
· Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
· Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
· Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin.
Contoh lainnya adalah kombinasi Klavulanat dengan Amoksisilin. Efek sinergis terjadi bila campuran obat atau obat-obatan yang diberikan bersama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien atau menghasilkan efek yang lebih besar dari sekedar efek aditif saja terhadap kuman tertentu. Kombinasi ini bermanfaat untuk infeksi Pseudomonas pada pasien neutropenia. Secara in vitro, kombinasi karbenisilin atau tikarsilin dengan aminoglikosid menghasilkan efek sinergisme. Dengan aminogliksid saja misalnya gentamisin, infeksi seringkali tidak teratasi. penambahan karbenisilin sangat mempertinggi
Kombinasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi yang tidak terarah dapat meningktakan efek samping dan biaya. Meskipun data secara in vitro memperlihatkan efek sinergis, secara klinis manfaat ini hanya terlihat pada pengobatan endokarditis bacterial dan pada infeksi yang dialami pasien dengan neutropenia.
Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strainbakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.
Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis. Antagonis Kompetitif, seperti halnya agonis, berkaitan dengan reseptor tertentu. Senyawa ini memiliki afinitas terhadap reseptor. Akan tetapi berbeda dengan agonis, senyawa ini tidak mampu menimbulkan efek senyawa ini tidak menunjukkan aktivitas intrinsik. Karena agonis dan antagonis kompetitif bersaing pada reseptor yang sama yang disebut bersaing pada tempat kerja, maka menurut hukum kerja massa, masing-masing dapat mengusir yang lain dari reseptor akibat kenaikan konsentrasi dari salah satu senyawa.
III. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan bahan :
Alat | Bahan | |||
Bakteri | Medium | Antibiotik | ||
Vortex Pipet Eppendorf Inkubator Autoklaf | Aluminium foil Cakram kertas | S. aureus E. coli | Nutrien agar Nutrien broth | Ampisilin NA Tetrasiklin HCl Kloramfenikol |
IV. Prosedur
v Disiapkan oleh laboran
· Sterilisasi alat (termasuk pita kertas) dan medium menggunakan autoklaf pada suhu 1100-1150c selama 20 menit
· Buat inokulum dalam bakteri dalam air kaldu, inkubasi pada 370c selama 18-24 jam (satu hari sebelum praktikum).
· Ukur transmitan bakteri dengan alat spektrofotometer pada 530 nm, atut T 25% dengan penambahan medium air kaldu.
· Disiapkan : Tetrasiklin HCl, kloramfenikol, ampisilin Na masing-masing pada konsentrasi 200 µg/ml.
v Dilakukan oleh praktikan
· Ambil 2 (dua) buah pita kertas yang telah disterilkan.
· Ke-2 pita dicelupkan kedalam antibiotika yang berbeda selanjutnya ditanamkan dengan posisi tertentu pada media agar yang kedalamnya telah ditanamkan bakteri (perhatikan contoh dari asisten)
· Biarkan selama 1 jam. Lalu inkubasi selama 18-24 jam.
· Amati adanya hambatan pertumbuha.
· Pola / bentuk hambatan dapat menunjukan efek dari kombinasi antibakteri tersebut (perhatikan penjelasan asisten)
V. Data pengamatan
Tabel 5.1 Data pengamatan :
kelompok | Kombinasi antibiotika | Jenis bakteri | Efek |
I | Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol | S. Aureus | Aditif |
II | Ampisilin Na + Kloramfenikol | S. Aureus | Antagonis |
III | Ampisilin Na + Tetrasiklin HCL | S. Aureus | Antagonis |
IV | Tetrasiklin HCL + Kloramfenikol | E. Coli | Antagonis |
V | Ampisilin Na + Kloramfenikol | E. Coli | Aditif |
VI | Ampisilin Na + tetrasiklin HCL | E. Coli | Sinergis |
VI. Pembahasan
Didalam percobaan ini digunakan tiga jenis antibiotika yang berbeda yang akan dikombinasikan yaitu :
- Ampisilin Na
Ampisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim β-laktamase. Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif danmerupakan antibiotika spectrum luas dan merupakan golongan bakterisid .
Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H.influenzae, E.coli dan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut.
- Tetrasiklin
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Mekanisme kerja antibiotika ini yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s danmeng halangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
- Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomycesvenezuelae. Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein pada bakteri. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein bakteri.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakteri meliputi D.pneumoniae, S.Pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophillus,Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.Multocida, C.diphteria, Chlamidya, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.
Pada Percobaan diatas dapat dilihat dari ketiga kombinasi antibiotika yang diujikan memiliki berbagai efek yang dihasilkan. Pada kombinasi antibiotika tetrasiklin dan kloramfenikol yang masing- masing termasuk golongan bakteriostatik maka dihasilkan efek aditif (tidak saling mempengaruhi) sama-sama menghambat pertumbuhan bakeri. Namun pada percobaan kelompok IV hasil pengamatan adalah antagonis, hal ini ditandai dengan pertumbuhan mikrobatidak dihambat disekitar pita. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan litelatur yangmenyebutkan bahwa umumnya kombinasi antibiotika bakteriostatik dan bakteriostatik menghasilkan efek sinergis dan aditif.
Pada kombinasi Ampisilin dan kloramfenikol dihasilkan efek antagonis pada pengamatan kelompok 2 dan aditif pada pengamatan kelompok 5.Hal ini sesuai seperti disebutkan diatas bahwa kombinasi ampisilin yang bersifat bakterisid dan kloramfenikol yang bersifat bakteriostatik akan menghasiklan efeh antagonis karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan mem perlemah efek bakterisidnya. Namun pada pengamatan kelompok 5 hal ini tidak sesuai dengan litelatur.
Sedangkan pada kombinasi antibiotika Ampisilin Na dan Tetrasiklin dihasilkan pengamatan pada kelompok 3 dihasilkan efek antagonis yang sesuai dengan litelatur yaitu karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisidnya, sedangkan data pengamatan kelompok 6 dihasilkan efek sinergis yang tidak sesuai dengan litelatur.
VII. Kesimpulan
· Kombinasi antibiotika bertujuan untuk memperluas spektrum anti Bakteri serta untuk mengatasi adanya bakteri yang resisten
· Efek yang terjadi apabila antibiotika dikombinasikan antara lain meliputi sinergis (saling menguatkan), antagonis (merugikan), dan aditif (tidak saling mempengaruhi).
VIII. Daftar pustaka
Anief, Moh., 2005, Farmasetika Cetakan III, Gadjah Mada UniversityPress,
Yogyakarta.
Hoan Tjay, Tan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi Kelima.
Jakarta : Gramedia.
Mutschler, E., 1991,Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung.
[Disusun Mahasiswa Farmasi Unisba]
No comments:
Post a Comment